Apa Salah Mercury Retrograde?
Di sabuk terdalam Matahari, berlayarlah Merkurius, planet kecil dengan temperatur permukaan yang fluktuatif. Keberadaannya menarik dan berpengaruh, bahkan bagi Bumi tetangga jauhnya.
Seperti Bumi, Mars, Venus, dan seluruh benda di tata surya, Merkurius adalah sebongkah material angkasa yang meluncur lepas dalam tambat gravitasi Matahari. Mereka mengelilingi ‘sang induk’ dalam jalur-jalur uniknya sendiri. Ada Venus, berkeliling dengan arah terbalik dari teman-temannya, ada Jupiter yang sangat pelan. Perjalanan berputar (atau biasa disebut revolusi) tersebut memberikan sebuah pola kondisi dalam-planet yang unik di tiap planetnya. Di Bumi, fenomena itu kita hayati sebagai ‘tahun’ dan ‘musim’.
Merkurius sendiri menjalani tahunnya hanya dalam 87,97 hari (dalam hitungan 1 hari 24 jam bumi). Dibandingkan dengan Bumi yang 365 hari, atau Jupiter yang 4380 hari, dialah yang paling cepat di antara saudara-saudaranya. Sungguh cocok dengan figur yang disematkan kepadanya oleh peradaban Yunani Kuno; Hermes—Mercurius bila diterjemahkan ke bahasa Latin—seorang dewa yang cerdik, lihai, juga gesit. Dengan kemampuannya, ia dipercayai tugas melindungi perdagangan sekaligus jadi penyampai pesan dari dunia para dewa.
Kalau diamati dari kubah langit Bumi, pergerakan Merkurius yang ngebut akan terlihat cukup unik. Bersama dengan beberapa planet lain, pergerakannya akan terlihat seperti sebuah pengembaraan di langit yang tenang penuh bintang-bintang stagnan. Bergerak agak maju, agak naik, mundur—retrograde, turun, lalu kembali ke posisi awal. Kok, bisa begitu?
Waah… sebetulnya mumet juga ini. Intinya, karena kecepatan revolusi planet tetangga tidak sinkron dengan bumi, maka pada beberapa saat ia akan berjalan duluan. Dari sudut penglihatan langit kita yang cenderung dua dimensi, jalan duluan itu terlihat seperti sebuah gerak mundur.
Merkurius, sebagai planet yang paling suka kebut-kebutan, memberikan pertunjukan retrograde bagi Bumi setiap 3-4 bulan sekali dengan fase mundur sepanjang 1-2 bulan. Itu lebih sering dari planet-planet lain. Kedatangan retrograde Merkurius selain unik untuk diamati, juga dihayati sebagai pergerakan Dewa Merkurius di angkasa semenjak masa Yunani Kuno. Maka saat ia terlihat mundur, berarti Dewa Merkurius sedang beristirahat. Pekerjaan-pekerjaan Mas Merkurius jadi agak tersendat, membuat komunikasi antarmanusia, dengan dewa, atau dengan alam mengalami sedikit gangguan. Entah jadi tidak nyambung, salah ucap, atau alat-alat komunikasinya bermasalah. Maka dari itu, beberapa orang menjalani 1-2 bulan masa retrograde Merkurius dengan lebih teliti dan hati-hati.
Walaupun memang, tidak semua manusia bisa percaya akan efek-efek retrograde Merkurius dan menghayatinya dengan hati-hati. Aku salah satunya. Selain tidak terlalu mengerti soal Merkurius, tidak menghayatinya seperti orang-orang Yunani Kuno, sebetulnya juga tidak terlalu percaya akan hal seperti itu. Kalau ‘menyalahkan’ pergerakan Merkurius sebagai sumber masalah komunikasi dan sebangsanya, bukankah sangat men-simplifikasi masalah? Manusia enak saja menyalahkan suatu kejadian semesta yang ‘abstrak’, tidak logis, dan tidak salah apa-apa. Wong Merkurius itu jalan ya jalan saja.
Tapi jujur, kalau dicermati, sebetulnya aku pun merasakan efek-efek yang kerap dipercayai sebagai efek Mercury Retrograde dalam masa retrograde 30 Januari-21 Februari 2021 yang lalu. Pengkomunikasianku bermasalah; secara bentuk dan secara rasa. Apakah karena memang Merkurius berhenti bekerja? Aku bukan orang yang bisa mengatakan tidak dengan dasar-dasar scientific. Namun bukan juga orang yang bisa mengatakan iya tanpa dasar apa-apa.
Ataukah ternyata, sebetulnya dunia ini memang cenderung akan saling salah paham dan kekurangan sinergi setiap beberapa saat. Dengan, atau tanpa gerak retrograde Merkurius. Berjalan dalam sebuah alur pasti akan menemukan aus-ausnya juga. Meluncur dalam sebuah lingkaran elips, pasti ada pelan-kencangnya. Logis tak logis, kedatangan mercury retrograde tiga kali setahun mungkin dapat jadi sarana merefleksikan sinergi kita dengan dunia. Semua ada atas sebuah alasan yang baik, bila tidak ada sama sekali. Mengamati lagi bentuk komunikasi yang kita katakan dan kita terima, mungkin itu yang ingin Merkurius ingatkan kepada kita. Memekakan kembali telinga, mawas mulut, mawas jempol, mawas hati. (iothemoon)
And tagged : bumi, dewa merkurius, gangguan alam, gangguan komunikasi, hermes mercurius, komunikasi, mars, matahari, mercury retrogade, merkurius, planet, retrogade, tata surya, venus, yunani kuno