Coming into Power
Pagi itu rasanya agak gugup sampai sedikit sakit perut. Dingin pagi amat terasa, lebih dingin dari yang biasanya. Hari ini saya akan meramban tanaman. Saya, bersama teman-teman usia 9-10 tahun akan berburu dan meramu makanan dari tengah belantara semak kebon.
Meramban adalah sebuah bentuk gerak dan ilmu, warisan lama yang tercipta tanpa nama. Ia adalah upaya sederhana para pendahulu kita untuk mengumpulkan dan mengolah makanan dari tengah keragaman hayati alam. Merespon apa yang tumbuh, mana yang bisa dimakan, dan apa yang ingin dimakan, bisa berasal dari hewan atau tanaman sekitar.
Dalam meramban pagi ini, ada orang yang bertugas mencari tanaman satu, ada pula yang mencari tanaman lain. Diikuti dengan seksama oleh yang bertugas memegangi wadah hasil buruan bersama. Beriringan dengan mereka, ada pula tim memotret dan mencatat spesimen rambanan. Ada tugas satu lagi, yang membuat saya lebih peka merasakan dinginnya pagi. Adalah tugas saya saat itu; mengajak mencari dan memastikan apakah tanaman ini enak dan aman dimakan atau tidak. Syukurnya, semua berjalan dengan baik, dan kita semua kembali ke rumah dengan bahagia.
Telah disepakati bersama, seluruh tanaman yang terkumpul di pagi hari itu akan diolah menjadi sebuah pizza. Namun sebelum tanaman sampai pada adonan pizza, saya jadi sadar akan sesuatu. Rasanya proses ini sangat cocok mencerminkan proses perjalanan kita menuju arti kartu Coming into Power dari seri Gateway Oracle Cards. Langkah demi langkah menuju ‘power,’ daya kuasa atas diri yang digambarkan dalam kartu ini dapat pula ditemui dalam upaya kami mengisi tampah-tampah kosong dengan calon makanan.
Ternyata banyak kemiripannya, coming into power dengan meramban. Karena seperti halnya sumber dari daya ‘energi kehidupan’ diri kita, sumber makanan tubuh juga sebetulnya telah tumbuh tersedia. Tidak selalu harus kita tanam atau beli, tidak selalu harus diada-adakan dari pasar. Sudah dengan baik ditata dan dirawatkan secara sistematis oleh semesta. Tinggal bagaimana kita menyusun upaya untuk bertemu dengannya. Kita semua seakan telah membawa sebuah bekal daya yang sama untuk mulai hidup dan menjadi diri. Bisa dan siap mengolah berbagai elemen semesta menjadi sumber empowerment. Semuanya boleh kita gunakan, kalau tahu bagaimana menggunakannya dan yang mana untuk digunakan. Dirambanlah sepuasnya, sebijaknya.
Dari pengalaman hari itu, tertoreh beberapa catatan dari saya yang mengamati gerak-gerik teman-teman saya meramban. Beberapa catatan yang mungkin akan memudahkan perjalanan kita menuju empowerment diri.
Pertama, gerak mengumpulkan ‘power’ adalah gerak mencari yang ternyata rasanya seperti tidak berhenti-henti. Lelah, tersengat sinar matahari, diserang segerombolan nyamuk, kadang harus susah-susah meniti jalan setapak di pinggir kali. Maka, dalam perjalanan itu amat membantu bila kita dibekali oleh keingintahuan dan semangat menyerap pengalaman. Tetap ingin tahu biarpun ternyata ada tanaman yang rasanya aneh, tetap bersemangat biarpun tempatnya susah. Ia akan pada akhirnya membawamu ke tempat-tempat yang indah, pada ‘power-power’ yang megah.
Kedua, jangan lupa, dengan keingintahuan dan ketahanbantingan, harus tetap turut dibawa kehati-hatian. Membawanya kita menyerap, mencecap, mencari, dan mengolah sang makanan dengan lebih seksama. Jangan sampai salah memilah, karena bukan cuma bisa alergi atau sakit perut, bisa keracunan yang lebih parah!
Ketiga, mungkin sekarang kita sedang berjalan bersama dalam sebuah kolektif meramban, namun meramban tetaplah sesuatu yang dialami sendiri. Dalam perjalanan ini, penting juga buat memilah dan menyadari apa yang cocok atau ingin kita makan. Mungkin ada tanaman yang tidak kita rasa cocok rasanya, namun ada teman lain yang suka. Ya biar saja, bentuk daya kita tidak selalu sama dengan yang lain. Soal kesepakatan bagaimana rasa itu akan disatukan pada akhirnya, dapat ditimbang nanti.
Lalu setelah semua terkumpul, sampailah kita pada puncaknya. Tinggal kita olah seluruh tanaman di tampah. Dicuci dan dipilah terakhir kali, mengubah rambanan itu jadi daya yang dapat didatangkan ke dalam diri. Dipanggang menjadi sebuah pizza yang dapat dipotong-potong dibagi dengan yang lain. Membayar bosan penantian, lelahnya upaya, dan kehati-hatian, to come into power, adalah seperti mengecap pizza di akhir hari. Yang sayurnya telah kita dikumpulkan sedikit-sedikit bersama-sama. Menikmatinya sambil kembali menelaah, kira-kira apa ya yang kurang dari perjalanan mencari makan kali ini? Apa ada yang bisa ditambahkan selanjutnya? Apa saja kah yang menghambat kelancarannya?
Karena kemungkinan besar, proses coming into power adalah sebuah proses yang tidak bisa hanya sekali kita lewati. Harus diulang berkali-kali dari nol lagi. Toh kita makan pun tidak hanya satu kali. Kelak kita akan lapar lagi, akan ada banyak lagi tempat-tempat dan rambanan-rambanan di luar sana yang harus kita temui. Semoga niat kita dari hari-hari sebelumnya dapat pula menjadi bekal untuk coming into power di hari selanjutnya!
Kita sedang berenang-renang di antara sang elemen daya. Menjadi bebas dan merdeka di tengahnya hanyalah soal tahu ke mana dan bagaimana kita menggantungkan kebutuhan kita.
(IoTheMoon)
And tagged : alam, bekal hidup, coming into power, elemen semesta, ilmu, keragaman hayati, power, warisan