HATIKU HANYA BAGIMU YA TUHANKU – kisah kepasrahan jiwa
Penderitaan hanyalah sesaat sebelum menikmati hidup bahagia bersama Bapa di surga.
Seorang Ibu berusia 70 tahun. Sebut saja Ibu R. Selama satu tahun terakhir menderita kanker hati. Dokter sudah angkat tangan. Ibu R sudah pasrah. Keluarga telah mengusahakan yang terbaik untuk pengobatannya.
Gairah hidup Ibu R menurun, namun dia masih setia melakukan pengobatan. Doa masih rutin dia lakukan setiap hari, pagi dan malam dipandu oleh keluarga. Nafsu makannya kadang hilang, hanya mau minum susu dan jus buah. Setiap harinya tampak kesakitan. Karena dokter sudah angkat tangan, jadi Ibu R dirawat di rumah.
Ibu R hidup selibat. Selama sakit, dia dirawat seorang pramurukti dan ditemani oleh adik-adik serta keponakan secara bergantian.
Salah satu keponakannya meminta saya untuk membantu Ibu R mengurangi beban sakitnya. Keluarga sudah pasrah, namun sepertinya Ibu R masih menyimpan sesuatu yang masih enggan dia lepaskan, tidak dia ceritakan juga ke pihak keluarga. Jika ditanya oleh adik atau keponakannya, selalu diam, atau memalingkan muka, tidak mau ada pembahasan lebih lanjut.
Saya meminta keluarga mengajak Ibu R berdoa Rosario peristiwa Terang dan Mulia secara bergantian setiap hari. Lalu doa tobat dan doa mohon kedamaian jiwa, kepasrahan diri kepada Hati Yesus yang Maha Kudus.
Setelah keluarga mendoakan selama 20 hari, Ibu R diperkenankan pulang ke rumah Bapa dengan tenang dan damai. Kanker hati yang dideritanya sudah hilang, menjadi persembahan hidup yang indah bagi Hati Yesus yang Maha Kudus. (dewi)