Kesadaran ke-KAYA-an

Posted on : 7 December 2020

Kita merayakan keberlimpahan materi setiap hari. Cahaya, udara, tanaman, hewan, bumi yang ada di alam semesta ini. Kalau dihitung-hitung, semua yang kita jalani, secara sadar atau tidak sadar, adalah suatu keberlimpahan materi. Dari yang kecil-kecil kita tidak bisa lihat, sampai yang mudah dirasa, diraba, dan dibaui.

Lewat kartu tarot Nine of Pentacles, kita bisa menggathuk-gathukkan cerita tentang keberlimpahan.
“Pohon buah-buahan menikmati kelimpahan energi dari matahari, meresapi nutrisi dari tanah setiap hari. Membantunya membuat buah, menyediakan cadangan gula yang melimpah bagi kehidupan hewan-hewan di sekitarnya.
Hewan itu ternyata termasuk Saccharomyces cerevisiae, Bakteri yang, yah, mungkin saja secara tidak sengaja seluruh hidupnya terlibat dalam proses pembuatan segelas anggur. Segelas yang dituangkan si wanita saat bersantai merayakan keberlimpahan di bawah pohon.”
Yang terlimpahi di sini, ada untuk melimpahi dan melengkapi yang sana. Sehari-hari kita menjalani sebuah jaringan pertukaran keberlimpahan yang sangat besar.

Biasanya sih, (seturut pengalamanku) kenyamanan akan datang dari keberlimpahan yang dilimpahkan terhadapku. Saat dilimpahi bisa makan banyak, rasanya nyaman. Karena baru saja aku merasakan lapar yang tidak enak, dan makan itu membebaskanku. Bisa punya waktu sangat panjang untuk tidur dan tidak mengerjakan apa-apa, rasanya sangat nyaman. Apalagi saat tahu kalau bersamaan dengan tidur dan malas-malasanku, banyak orang sedang stress mengerjakan ujian. Sungguh keberlimpahan itu adalah sesuatu yang membahagiakan. Sesuatu yang memberi perasaan stabil, tenang. Sesuatu yang ada untuk dinikmati.

Tapi, terkadang lupa juga rasanya nyaman bisa bernafas. Karena semua orang juga bisa, setiap waktu, tidak diberi kuota. Padahal keberlimpahannya sama. Bayangkan kalau dalam nafasku tidak terdapat oksigen. Atau malah udara yang kuhirup oksigen semua; tanpa campuran gas-gas lain dari atmosfer. Pasti langsung semaput (pingsan).
Padahal, adalah sebuah kemewahan untuk dilimpahi semesta kemampuan bernafas dan melanjutkan hidup. Hanya kadang tidak dirayakan saja. Terkadang bentuk keberlimpahan, kenyamanan, dan keamanan itu terlalu biasa. Sampai serasa tidak ada. Hal-hal seperti bernafas terlalu layak dan sepantasnya untuk kita dapatkan. Jadi agak bingung juga mau menganggapnya sebagai ‘berkah kelimpahan’ dan merayakannya.
Akhirnya, tidak semua keberlimpahan bisa dirasakan sebagai kenyamanan. Bisa saja hanya terasa seperti ritual, rutinitas, atau pola yang sudah selayaknya kita isi.

Sampai saat kita kehabisan nafas, mungkin akan tetap susah untuk melihat kedatangan oksigen sebagai sesuatu yang menyegarkan dan patut dirayakan. Nafas yang ditarik setelah bersepeda melewati tanjakan rasanya akan lebih membahagiakan dan bisa disyukuri daripada nafas yang ditarik sekenanya. Sering, keberlimpahan baru bisa kita rayakan setelah melewati standar yang ora umum (tidak biasa – tidak wajar) dulu. Atau mungkinkah bisa tanpa menunggu itu? (io the moon)

Leave a Reply