Malaikat, Penuntun Bagi yang Buta

Posted on : 1 July 2021

Mari kita andaikan bersama, bahwa kita datang ke dunia ini sebagai sebuah makhluk rentan yang buta. Secara default, keberadaan kita di dunia adalah gelap, tidak peka akan sesuatu yang ada di ‘sisi lainnya’. Kita mungkin dianugerahi sepasang mata, yang dapat menerima cahaya dan menyusunnya menjadi gambaran dunia, namun tetap tidak dapat menerima gurat-gurat ‘cahaya’ lain. Cahaya yang menyinari benang-benang kehidupan, memperlihatkan dengan jelas perjalanan dan petualangan hidup. Memperlihatkan berbagai kemungkinan, kesempatan, waktu, atau tujuan. Sejauh ini, yang tahu tujuan dari perjalanannya adalah perjalanan itu sendiri. Di dalamnya kita hanya bisa jalan sambil meraba-raba.
Maka tidak jarang muncul berbagai tanya. Dalam alam yang tidak bisa terlihat itu, bagaimanakah posisi kita? Bagaimanakah ini-itu? Suatu pengetahuan yang mungkin memang terlalu divine untuk dipahami. Kalau saja ingin melihat cahaya itu, mayoritas kita yang normal; yang buta ini tidak akan bisa. Akan butuh suatu bentuk yang ‘tidak normal’ untuk membantu melihatnya. Sebuah makhluk atau konsep yang kita percaya dapat melihat ke dalam dunia si cahaya dan menerjemahkannya pada kita yang buta. Ia yang hadir sebagai seekor anjing penuntun.
Mungkin begitulah konsep malaikat. Sebuah makhluk yang telah cukup lama kita kenal dan percayai sebagai si perantara di peradaban manusia. Ia adalah yang melihat si cahaya. Kerap muncul dalam bermacam agama, dalam gambaran yang dibalut kemegahan. Sebuah makhluk keren bersayap, namun dengan fisik mirip manusia. Tempatnya cukup spesial dalam berbagai konsep-konsep kepercayaan. Contohnya dalam dasar teologi Katolik,
“Tuhan adalah Makhluk Sempurna itu sendiri. Sebuah gambaran murni dari eksistensi makhluk. Semua makhluk lain adalah ciptaanNya, dan dengan kadar yang lebih rendah, menyandang gambaran dari citraNya yang sempurna. Semakin jauh makhluk itu dari Tuhan, semakin dekat ia dengan ketidakberaturan, ketidakabadian, ketidaksempurnaan.”
Malaikat, mereka ciptaan yang paling dekat dengan gambaran Tuhan. Sebuah ‘ciptaan kelas satu’. Bahkan mereka semua berkumpul hidup dalam alam surga, satu atap dengan Tuhan sendiri.
Seperti kakak bagi makhluk bumi dari urutan kemakhlukan, mereka pun kerap mengirmkan pesan untuk kita. Menjaga agar adiknya supaya hidup baik, berbagi jawaban tentang kehidupan. Malaikat ada banyak sekali jumlahnya, sering diwakilkan oleh para malaikat utama yang disebut Archangel. Beberapa orang percaya para malaikat menitipkan pesan lewat doa, atau lewat obrolan kecil via malaikat pelindung masing-masing. Bisa juga melalui medium kartu tarot semacam Archangel Power yang kerap Dewi Tarot bacakan buat khalayak di Okezone.com pada kanal Lifestyle. Sebetulnya bebas sekali bagaimana kita menemui para malaikat itu. Ia selalu dekat dengan kita.
Namun kembali lagi, sedekat apapun kita dengannya, keberadaan malaikat sendiri tidak selalu bisa ditemui dalam bentuk yang empiris. Bila kita percaya ia ada, ia ada. Bila tidak, ya, mungkin ia tidak ada. Semudah itu. Di satu sisi, ialah hasil olah batin sesama orang buta yang sama-sama sedang mencari konsep anjing penuntun semesta.
Di sisi lain, terlepas dari benar tidaknya, keberadaan atau ketidakberadaannya, malaikat adalah sesosok daya yang kuat untuk membuat kita saling menjaga satu sama lain. Biarpun di dunia ini hanya ada kita yang buta, dengan kehadiran malaikat kita dipinjami semangat untuk saling jaga. Apapun mediumnya, bagaimanapun bidangnya, bentuk malaikat yang kita temui membantu kita saling mengingatkan, saling berbagi pengetahuan mempelajari dunia. Saling memerantarai dan menyampaikan pesan semesta. Saling buta, berbagi harapan meraba jalan petualangan seru bersama, menemukan Sang Tujuan!

Leave a Reply