Membaca Tarot Binatang. Bisa?

Posted on : 20 November 2021

Mendengarkan tanaman dan hewan peliharaan lewat kartu tarot?
Memang bisa?
Buat apa?

Rasanya, biarpun pada teorinya sebagai makhluk bumi kita berjalan bersama, terkadang komunikasi yang kita jalin dengan sesama; manusia, hewan atau tanaman, masihlah sebuah gambar yang buram. Seperti melihat seorang badut pengamen di lampu merah, otak kita hanya menangkap yang terpampang dari kejadian tersebut. Ada irama musik, dan tubuh sang badut bergerak mengikutinya. Ia sedang bergerak mencari nafkah secara normal seperti hari-hari sebelumnya. Namun diri, misi, kemauan, bahkan wajah sang badut malah terselimuti anonimitas emosi berbentuk topeng kepala, biasanya kepala furry (hewan anthropomorphic) atau tokoh kartun yang tersenyum. Wajahnya tidak terlihat, wajah yang mungkin sebetulnya sedang lelah menari, atau sedang memaki orang yang tidak memasukkan sepeser uang pada wadah donasi.
Satu pojokan di otak kanan belakang kuping bernama pSTS (posterior superior temporal sulcus, www.sciencedaily.com) yang memang secara otomatis membuat kita mengasumsikan bentuk-bentuk abstrak (simbol) yang mirip ekspresi wajah menjadi sebuah ekspresi yang utuh. Bahkan titik dua dan kurung tutup saja bisa terlihat seperti orang tersenyum :) . Maka kalau tidak dicerna lagi, mudah saja bagi dua jahitan mata dan satu jahitan berbentuk mulut yang tersungging mentah-mentah ditelan sebagai wajah yang tersenyum. Wajah yang tak akan bergerak senyumnya sampai kapan-kapan saja. Tidak akan pernah dapat kita lihat yang terjadi di balik topeng itu, apa yang dipancarkan dari diri di lampu merah itu; begitu pula dengan diri yang sedang ada di ujung layar satunya, yang chat-nya sedang kita baca; yang tumbuh di pot; atau diri yang tiduran di sofa sambil mengibaskan buntutnya. Apakah mereka benar-benar tersenyum? Apakah mereka benar-benar meringis kesakitan? Tidak ada yang bisa tahu juga kalau tidak benar-benar dibaca dengan seksama, atau malah ditanyakan sendiri pada yang bersangkutan.

Nah, bagi beberapa yang menguasai tekniknya, tarot dapat digunakan sebagai salah satu alat untuk menghapus miskomunikasi tersebut. Pada dasarnya bagi siapa saja, semua bentuk jiwa. Hewan peliharaan, sampai yang tak terpelihara. Kaki empat, sampai pada yang tidak punya kaki, merambat dan berdaun. Bahkan ada beberapa kartu khususnya seperti yang untuk anjing dan kucing.
Menarik, karena persepsi prematur kita bisa menjadi sesuatu yang mengerikan juga. Saya pernah melihatnya mengambil peran cukup penting dalam sebuah kesalahpahaman antar spesies yang cukup fatal. Pada tahun 2013, para pecinta hewan dan orang-orang yang peduli hak asasi hewan di Jogja berkumpul untuk mengajak khalayak menyadarinya bersama. Skalanya cukup besar dan memilukan, dalam bentuk sirkus lumba-lumba. Saat itu sedang sangat sangat marak praktik sirkus lumba-lumba berkeliling di Jogja. Padahal sesungguhnya lumba-lumba tersebut sudah tersiksa semenjak mereka ditangkap di laut. Belum lagi harus menjalani proses latihan, sampai akhirnya dipindah-pindahkan dari titik sirkus satu ke titik sirkus lain naik truk yang kering. Hampir dapat dipastikan, lumba-lumba sirkus tersebut mati muda dalam keadaan stress. Para penonton, kalau tidak tahu apa yang sebetulnya terjadi, bisa saja hanya menikmati wajah lumba-lumba yang terlihat selalu tersenyum, melakukan rutinitas hariannya menampilkan trik-trik sirkus dengan riang. Padahal memang dari lahir moncong lumba-lumba bentuknya tertarik ke atas di kedua ujungnya. Padahal lumba-lumba kesehariannya bukan jadi performer sirkus.
Kita bisa menyalahkan pSTS untuk sering membuat kita jatuh pada kesalahpahaman emosi antarmakhluk. Melihat semua yang terlihat seperti senyum menjadi senyuman, yang terlihat seperti kernyitan menjadi amarah/kebingungan. Tapi salahkan hati dan kepala kita untuk tidak berupaya mencerna makna-makna di sekitarnya lebih dalam lagi!
Lalu apakah komunikasi kita harus ditajamkan? Mengapa harus ditajamkan? Dan mengapa lewat tarot?
Hewan lebih memahami misi jiwanya. Hampir sama seperti manusia, hewan ada yang punya trauma, trust issue, dan lain-lain. Hasil pembacaan tarot pada hewan juga tergantung perspektif pembacanya atau si tarot reader.
Tapi apa yang kita tahu atau tidak, kadang tidak penting juga. Yang penting, dibantu bentuk komunikasi seperti tarot ini, kita bisa bertambah peka. Dan, bagaimanapun caranya, kita tidak boleh pasang kacamata kuda dengan teman seperjalanan di sekitar kita. Komunikasi antar organisme terus bergulir, dan mayoritas dari mereka terjadi di luar bahasa manusia. Terkadang hanya dapat mendengarkan secuil darinya saja sudah cukup menarik dan dapat membantu perjalanan kita sendiri. Tahu bahwa anjing kita sedang ingin main, tahu apa yang dibutuhkan tanaman peliharaan. Namun, menemukan medium komunikasi yang tepat bisa pula menjadi sarana perpisahan dengan peliharaan yang sedang kritis.
Agar komunikasi kita sebagai manusia semakin rendah hati. Bukan hanya kebanyakan whispering, tapi juga hearing the whispers. Jiwa-jiwa lain sinkron dengan kita, kita sinkron dengan mereka. Walaupun mungkin jangan juga jadi terlalu sepaneng tentang rasa-rasa entitas lain, sih. Sendiri-sendiri kita jalan bersama! (IoTheMoon)

Footnote: https://www.sciencedaily.com/releases/2016/04/160419183920.htm “Researchers at The Ohio State University have pinpointed the area of the brain responsible for recognizing human facial expressions.”

Sumber inspirasi: Kartu Dog Tarot by Heidi Schulman

Leave a Reply