The Tower – Hancur, kembali bangun yang baru
“Misalnya corona ini. Tampaknya hancur-hancuran kan di mana-mana. Tapi pasti semesta punya cara membuat ‘bumi yang baru’, entah seperti apa bentuknya itu besok.”—Dewi Tarot
Rasanya menarik sekali konsep menara yang dibawa kartu tarot The Tower dari deck Everyday Witches Tarot ini. Tower semacam jadi gambaran akumulasi batu-batu penyusun; niat, upaya, harapan, dan hasil yang dipasang, diseimbangkan, dipatenkan. Ia seakan jadi simbol kerja keras kita, namun hadirnya agak berbeda dari jersey kemenangan atau piala.
Bertambah tingginya seiring lelah, nafas, excitement, dan sakit upaya. Seperti tiap pertemuan tanaman dengan hama, upaya menyiangi dan menyemai yang tersimbolisasi. Kalau tikungan-tikungan, tanjakan-turunan, halangan-dorongan yang satu demi satu dilewati dalam sebuah balapan ditumpuk, mungkin seperti itulah bentuk sang menara.
Memang tidak semua peserta balapan bisa menang saat itu juga. Paling tidak menara seakan hadir menopang proses kita. Menjadi penanda, dan dari ketinggiannya, membantu kita melihat tujuan-tujuan kita yang jauh dipandang mata.
Tapi yang semakin berdiri tinggi, semakin besar pula kemungkinannya mencium tanah. Atas alasan terduga ataupun tidak, ‘mak boom’ saja kejatuhan bisa melanda. Bahkan kadang ter-trigger sesuatu yang amat konyol dan menyebalkan.
Stage pertama Tour de France musim ini misalnya. Panggung balap sepeda internasional ini dibuka oleh kecelakaan besar, lebih dari 21 pesepeda terjatuh dan harus diplester dulu sebelum melanjutkan balapan. Laju balapan jadi tersendat beberapa menit, semua disebabkan oleh seorang pesepeda tersangkut papan kardus suporter yang berdiri terlalu dekat ke jalan. Kan menyebalkan. Sudah harus mengayuh 197km, dengkul dan sikutnya luka/keseleo pula. Merasakan keruntuhan menara dan menjalaninya itu bisa sakit sekali. Apalagi kalau runtuh secara konyol atau tidak terduga. Entah sakit dari konyolnya, atau memang karena sakitnya sendiri.
Namun untuk kesalahan dan kehancuran kita ‘dilupakan,’ dimaafkan dan diberi kesempatan untuk memulai kembali adalah hak semua manusia. Toh akhirnya stage pertama Tour de France itu dimenangi Julian Alaphilippe dengan dengkulnya yang berdarah karena jatuh. Dengan selisih waktu 12 detik dari pebalap di belakangnya pula!
Ada temanku berkata, katanya kalau naik motor itu belum jago; belum afdol kalau belum jatuh. Bego sekali dia, pikirku. Kalau jago masa jatuh? Jagonya di mana jatuh itu? Tapi harus diakui, menerima jatuh dan berdiri, jalan lagi itu tidak semua orang bisa. Bahkan kalau jatuhnya sudah tidak memberikan luka fisik sekalipun, tetap butuh ke-jago-an tersendiri untuk kembali berjalan. Toh jatuh, ambruk, pun juga dapat jadi sarana kontemplasi. Siapa tahu konstruksi menaranya memang dari awal salah. Pada akhirnya, menara yang runtuh itu tetap harus belajar dibangun kembali. Entah dengan material dan pengikat yang sama, atau malah berbeda sama sekali. (IoTheMoon)
Menghadapi proses moving on yang susah dari situasi The Tower? Dapat dibaca pula di sini:
http://www.dewitarot.com/the-six-of-swords-dan-kepunahan-kepunahan-bumi-the-light-seers-tarot-deck/
And tagged : bumi baru, corona, everyday witches tarot, hancur, harapan, jatuh, kartu tarot, kesalahan, menara, niat, seimbang, semesta, tarot, the tower, upaya